When Should you visit ENT Clinic in Pune

A visit to your professional local specialist ENT Clinic in Pune could be helpful for someone who suffers from regular general diseases or seasonal diseases. Dr. Ajay Kothadiya is very well…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Jangan keliru..

Di balkon lantai dua rumahnya, Jendra terlihat panik saat menerima telepon, entah dari siapa yang pasti panggilan itu berhubungan dengan kejadian dua hari lalu dimana ketika dia pulang dari kantor Jendra tak sengaja menabrak seorang pria remaja hingga terluka—tak begitu parah, bahkan hanya luka kecil dan mungkin sedikit terkilir tapi anak itu meminta banyak sekali ganti rugi darinya.



Jendra menggeram frustasi saat panggilan terputus, pria itu menarik kuat rambutnya ke belakang dan sesekali memukul pagar besi balkon. Ah seandainya saja malam itu dia bisa lebih berkonsentrasi saat menyetir pasti hal seperti ini tidak akan terjadi padanya, berurusan dengan remaja tengil yang membuatnya seketika ingin menjadi pembunuh berdarah dingin agar bisa menghabisi remaja sialan itu.



“Em—ehm kamu kenapa?”



Jendra terdiam sejenak saat mendengar sebuah suara yang sangat dia kenal, pria itu berbalik dan semakin terkejut saat melihat sosok yang sedang berusaha ia hindari selama hampir satu Minggu berdiri dengan begitu manis.



“sejak kapan disini?” ah kenapa tak ada sambutan jahil yang penuh kehangatan untuk Summer, padahal biasanya Jendra akan melakukannya saat Summer datang.



“Sejak kamu kayak orang gila waktu terima telepon—“ Summer melangkah maju mengikis jarak dengan Jendra yang masih terus memperhatikannya. “Tadi aku ke kantor lagi, tapi om Ping bilang hari ini kamu libur.”



“Aku ada urusan.” Mengurus remaja tengil yang membuatnya sakit kepala.



Summer mengangguk merasa ada yang berbeda dari Jendra, pria ini terlihat lebih dingin dan kaku dari biasanya.



“kamu ngapain kesini, mau bilang sama aku kalo Winter nyakitin kamu lagi—aku rasa ga, soalnya kamu betah tinggal disana.” Jendra tersenyum, pandangannya terus tertuju pada Summer yang kini terlihat salah tingkah.



“Aku udah pulang kerumah mama sejak beberapa hari lalu—“ memang, dia sudah kembali kerumah orang tuanya—Winter yang menyuruh untuk tak tinggal di rumah pribadi Summer.



“Jendra kamu kenapa menghindar dari aku akhir-akhir ini?” Summer memosisikan diri tepat berada di depan tubuh tegap Jendra yang menjulang.



Jendra sedikit menunduk melihat mata Summer yang penuh dengan kobaran amarah tertahan.



“Ga ada yang menghindar—“ padahal dia memang sengaja menghindari Summer, bukan karena benci tapi lebih kepada rasa menyayangi diri sendiri.



“Tapi kamu ga pernah balas text aku, ga pernah angkat telepon dari aku dan kamu juga ga pernah nemuin aku!” Summer menggerakkan lengan Jendra kencang namun hal itu tak berpengaruh pada pria itu.



“Aku cuma lagi sibuk—“



“Kamu bohong Jendra, aku tau itu. Kamu menghindar dari aku—“



“Ga ada yang menghindar Summer Ravindra —“



“Tapi kenyataannya kamu memang menghindar dari aku—kamu capek dan jenuh sama persahabatan kita yang hanya di isi dengan kisah hidup dan cintaku, kamu capek selalu jadi pendengar tanpa ada imbal balik yang setimpal sedangkan aku sama sekali ga pernah mau dengar gimana kisah kamu , gimana tentang perasaan cinta yang selama bertahun-tahun kamu pendam sendiri, ngerasain sakit dan sesak sendiri, bahkan kamu rela berdarah-darah demi aku yang ga tau diri dan egois!” pecah sudah isak tangis yang selama beberapa hari Summer tahan, dia tak sanggup lagi membendung. Ini begitu menyulitkan dirinya bahkan untuk sekedar mengambil nafas.



“Summer kamu ngomong apa?” Jendra masih tak mengerti dengan ucapan Summer—perasaan cinta terpendam, selama ini dirinya tak pernah mengatakan hal itu pada pria yang kini menangis depannya.



“Om Ping udah cerita semuanya sama aku Jendra—tentang kamu yang menyimpan perasaan cinta ke aku selama bertahun-tahun sampai yang ada di kepala kamu cuma gimana cara biar aku bahagia tanpa peduli kalo kamu sendiri kesakitan..”



“Cantik, kamu ga perlu dengar om Ping!” kesal Jendra.



“Kenapa kamu ga pernah bilang ke aku, Jendra! Sedikit aja kamu ga pernah menyinggung tentang perasaanmu ke aku!” Summer memukul bagian dada bidang Jendra dengan tangan mungilnya.



Jendra memejamkan mata erat merasa ini sudah cukup, Jendra lantas mencekal tangan Summer yang masih terus memukul dadanya.



“Summer enough! Ga akan ada yang berubah kalau pun aku mengungkapkan perasaan aku ke kamu, semuanya akan tetap sama. Kamu ga akan melihat aku sebagai lelaki yang mencintai kamu—kamu akan selalu melihat aku sebagai Jendra, malaikat penjaga kamu dan singa.”



“Tapi seenggaknya aku tau tentang itu Jendra supaya aku punya batasan untuk berbagi kisah ke kamu, tanpa sadar aku selalu merampas kebahagiaan kamu dan bikin sakit setiap aku datang lalu bercerita tentang laki-laki lain—“ itu yang Summer lakukan selama ini, bertahun-tahun lamanya. Tanpa sadar dirinya sudah mengambil yang paling berharga dalam hidup Jendra.



Jendra melepas cekalan tangannya pada Summer lalu mengulurkan kedua telapak tangan untuk membingkai wajah pria cantik itu yang sudah basah karena air mata yang mengalir deras, Jendra tak suka melihat Summer menangis seperti ini apalagi karena dirinya.



“Dengar, kamu ga perlu tau tentang perasaan aku. Aku sayang dan cinta sama kamu itu tulus cantik—sama sekali aku ga mengharapkan balasan apapun dari kamu dan kamu ga perlu memikirkan itu. Kamu ga buat aku sakit apalagi sampai berdarah-darah, semua yang aku lalukan demi kebahagiaan kalian—“ kebahagiaan Summer dan Axelion adalah yang paling penting untuk Jendra meskipun dia tahu jika itu sama sekali bukan kewajibannya.



"Jendra.." suara Summer terdengar lirih, isakannya semakin terdengar menyedihkan.



Jendra menampilkan senyum yang begitu lembut dan tulus, kedua ibu jarinya ia gunakan untuk mengusap air mata Summer yang terus mengalir.



“Perasaan cinta aku ke kamu udah ga penting lagi sekarang, yang terpenting adalah kebahagiaan kamu dan singa..” ah kenapa hati Jendra begitu tulus, tapi kenapa pria ini tak pernah beruntung perihal urusan cinta.



“Tapi Jendra—“



Jendra menggeleng memberi perintah pada Summer untuk tak melanjutkan apa yang akan si cantik ucapkan.



“Ga selamanya aku ada di samping kamu, aku harus memulai hidupku sendiri—dan ingat, kamu harus janji sama aku kalau pilihan kamu kali ini sudah yang paling tepat dan ga akan keliru. Kamu dengan singa harus selalu baik-baik aja, oke cantik!” Setelah itu Jendra memberi kecupan kasih sayang di kening Summer dengan begitu lembut dan lama.



Hatinya sakit seperti teriris, sungguh perasaannya pada Summer sudah tak penting lagi sekarang, dia tak peduli.



“Aku pergi dulu ada urusan, dan kamu—semoga selalu bahagia dengan pilihan yang satu ini!” terakhir kali, Jendra mengusap puncak kepala Summer lalu meninggalkan Summer yang masih diam.



Sedangkan Jendra, pria itu tak mau lagi menoleh ke belakang dan terus melangkah, sesekali pria itu menyeka air mata yang tak sengaja menetes dari pelupuk matanya.

With♡: Kamomails

Add a comment

Related posts:

Going to the Well

Gamilia sets the basket on her center table, where the Merchant laid the cursed stone bare a day ago. Her basket overflows with fresh onions, apples, pears, and seeds for her garden. She grabs a…

HashKey Group awarded as Most Innovative FinTech Institution in Hong Kong Most Valuable Corporate Awards 2021

We are honored to be a part of an unique business platform that focuses on conveying and delivering business, entrepreneurship and inspirational stories. At the Hong Kong Most Valuable Corporate…

Working with Material UI

Why should you start with Material-UI? Well for one it was created by Google and is regularly updated and improved for the use of developers. It’s a large CSS library that gives you component based…